BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Air (H2O) merupakan
sebagian unsur kimia yang berada dalam bentuk cair pada tekanan biasa dan pada
suhu ruang. Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia.
Air diperlukan untuk minum, mandi,
mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian dan minuman untuk ternak.
Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan
teknologi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup manusia.
Air yang digunakan harus memenuhi
syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus
tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat
ditinjau dari segi fisika, kimia,biologi dan radioaktif. Kualitas air yang baik
ini tidak selamanya tersedia dialam. Dengan adanya perkembangan industri dan
pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih. Sehingga diperlukan upaya
perbaikan secara sederhana maupun modern.
Air adalah zat atau materi atau unsur
yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
Air yang bersih sangat penting bagi
kehidupan manusia dan alam sekitar, Di banyak tempat di dunia terjadi
kekurangan persediaan air. Air merupakan salah satu kebutuhan
hidup dan merupakan dasar bagi perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai
proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air
merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan
menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Sumber daya
air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain kepentingan rumah
tangga, industri, perikanan, pertanian, dan sarana angkutan air. Sesuia
kebutuhan akan air dan kemajuan tekhnologi air permukaan dapat dimanfaatkan
lebih luas lagi untuk baku mutu sumber air minum dan air industry.
Tersedianya
persediaan air yang cukup dalam hal jumlah dan kualitas sangat penting bagi
manusia. Sejak awal manusia mengakui pentingnya air dari segi jumlah. Peradaban
berkembang disekitar badan air sehingga dapat mendukung pertanian dan
transportasi sebaik menyediakan air minum. Kesadaran pentingnya kualitas air
berkembang lebih perlahan.
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1.
Apakah pengertian Air?
2. Parameter apakah yang diuji pada Air
?
C.
TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetaui pengertian Air.
2. Mengetahui cara pengujian parameter.
3.
Mengetahui kandungan – kandungan dalam air sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas air adalah istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya
: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.
Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah
uji kimia, fisika, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Kualitas air yaitu sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas
air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu fisika (suhu, kekeruhan, padatan
suspensi dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, dan
sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan
sebagainya).
Pengukuran kualitas air dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu, yang pertamana adalah pengukuran kualitas
air dengan parameter fisika dan kimia, sedangkan yang kedua adalah pengukuran
dengan menggunakan parameter biologi.
Suhu air dipengaruhi komposisi
substrat, kecerahan, kekeruhan, air tanah, dan pertukaran air, panas udara
akibat respirasi dan naungan dari kondisi perairan tersebut.
Kecerahan suatu perairan menentukan
sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman
berapa proses fotosintesis dapat berlangsung secara sempurna. Kecerahan yang
mendukung adalah pinggan secchi disc mencapai 20-30cm dari permukaan.
Peraturan
pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan
menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah
sebagai berikut :
1. Golongan
A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa
penggolongan terlebih dahulu.
2. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan
sebagai air baku minum.
3. Golongan
C
yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D yaitu air
yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri,
dan pembangkit listrik tenaga air.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Analisa BOD dalam Air
Biochemical
Oxygen Demand (BOD)
Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu
tertentu pada suhu 20 oC. Oksidasi biokimiawi ini merupakan
proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan reaksi sempurna. Dalam waktu
20 hari, oksidasi mencapai 95-99 % sempurna dan dalam waktu 5 hari seperti yang
umum digunakan untuk mengukur BOD yang kesempurnaan oksidasinya mencapai 60– 70
%. Suhu 20 oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk daerah
perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator.
Hasil yang berbeda akan diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan
reaksi biokimia tergantung dari suhu.
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. BOD merupakan parameter yang umum dipakai
untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
Adanya bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD)
menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara
biologis menjadi senyawa asam-asam organik.
Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob dan
anaerob. Timbul gas CH4, NH3 dan H2S
yang berbau busuk (Djarwanti dkk, 2000). Uji BOD ini tidak dapat digunakan
untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam
air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang
digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak oksigen
yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di
dalamnya.
Penentu
yang menentukan kualitas air adalah berdasarkan kandungan bahan organiknya yang
dapat dinyatakan sebagai nilai BOD dan COD. Untuk golongan A, nilai ambang BOD
adalah 20 dan COD adalah 40. Untuk golongan B, nilai ambang BOD adalah 50 dan
COD adalah 100. Untuk golongan C, nilai ambang BOD adalah 150 dan COD adalah
300. Sedangkan untuk golongan D, nilai ambang BOD adalah 300 dan COD adalah
600.
Senyawa-senyawa
organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau
kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO2 dan H2O.
Proses inilah yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan
menurun dan hal ini menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan
Oksigen Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati
secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat
organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan
untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan biologis bagi air yang
tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah;
kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan
oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan
dapat menimbulkan bau busuk pada air. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk
karbon dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc
+ ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 ) O2 ——–à nCO2
+ ( a/2 – 3c/2 ) + H2O + cNH3
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50%
reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka
pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis.
Chemical Oxygen Demand (COD)
atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 L sampel
air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan
diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda
derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka
menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen
terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga koagulan yang bekerja
untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan – polutan dalam
air menyebabkan konsusmsi bertambah.
Metode Analisa BOD
Metode Pemeriksaan BOD
adalah dengan metode Winkler (titrasi di laboratorium). Prinsipnya
dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu
ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi endapan
MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka
endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akanmembebaskan molekul
iodium (I2) yang ekivalen
dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan
larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Prinsip pemeriksaan
parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di
dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Untuk
menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk
75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain
tes BOD berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula
diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C atau
3 hari pada suhu 25°C–27°C diukur lagi DO air tersebut.
Perbedaan DO air
tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses biokimia akan
selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia
akan selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai.
Pengujian
BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang
dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel
yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada
temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4,
FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian dilanjutkan
dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan
kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4,
dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai
indikator amilum (kanji).
Metode Analisa BOD
a. Metoda titrasi dengan cara Winkler
Prinsip analisa BOD sama dengan
penganalisaan Oksigen Terlarut salah satunya adalah metode winkler. Prinsipnya dengan
menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan
larutan MnCl2 dan NaOH-KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan
menambahkan H2SO4 atau HCl maka
endapan yang
terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi
dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)
dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat
dirumuskan :
MnCI2 + NaOH
à Mn(OH)2
+ 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 à 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O à
Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
2.
Analisa COD dalam Air
Pengertian COD
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan
agar limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi
kimia. Limbah organik akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4)
sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2Oserta
sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh
bahan organik.
Kadar COD dalam limbah
berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat
dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi
dengan metode pengolahan yang konversional.
Metode
Analisa COD
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi
(Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-)
yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk
tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam
contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup
menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam
ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar
tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan
kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji
dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu
sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L
ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-)
pada panjang gelombang 420 nm.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD
Adapun kelebihan dari metode analisi
COD adalah sebagai berikut :
1.
Memakan waktu
±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
2.
Untuk
menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel,
sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
3.
Ketelitan dan
ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes
BOD5.
4.
Gangguan zat
yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan
kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara
biologis. Hal
ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja.
Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l.
Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium
sebesar 5% masih diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut
dalam reaksi, sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over
estimate’ untuk gambaran kandungan bahan organik.
Cara Kerja COD
Untuk
contoh uji COD lebih kecil dari atau sama dengan 90 mg/L
- Dinginkan
perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk
mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali
tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas;
- Biarkan suspensi
mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih;
- Gunakan pereaksi air
sebagai larutan referensi;
- Ukur serapannya
contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (420 nm);
- Hitung kadar COD
berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi;
- Lakukan analisa
duplo.
Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD
Penanggulangan kelebihan Kadar COD
Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang
terkandung dalam limbah. Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang
melekat pada filter media dalam bentuk lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan
organik diuraikan oleh mikroorganisme aerob, sehingga nilai COD menjadi turun.
Pada proses pembentukan lapisan biofilm, agar diperoleh hasil pengolahan yang
optimum maka dalam hal pendistribusian larutan air kolam retensi Tawang pada
permukaan media genting harus merata membasahi seluruh permukaan media. Hal ini
penting untuk diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat pada
seluruh permukaan genting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa semakin lama waktu tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun
(prosentase penurunan COD semakin besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu
tinggal akan memberi banyak kesempatan pada mikroorganisme untuk memecah
bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Di sisi lain dapat diamati
pula bahwa semakin kecil nilai COD awal (sebelum treatment dilakukan) akan
menimbulkan kecenderungan penurunan nilai COD akhir sehingga persentase
penurunan COD nya meningkat. Karena dengan COD awal yang kecil ini, kandungan
bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan trickling
filter akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula
bila diamati dari sisi jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray,
upaya untuk menurunkan kadar COD akan semakin baik. Karena dengan penambahan
jumlah tray akan memperbanyak jumlah ruang / tempat bagi mikroorganisme penurai
untuk tumbuh melekat. Sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme akan
meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin bertambah. Jadi prosen
penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan
COD tidak dapat menurunkan sampai 60% dikerenakan :
1.
Aliran air yang kurang
merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang digunakan meyumbat
aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
2.
Supplay oksigen dan
sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam ruangan
sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa
tetesan agar air limbah tersebut dapat memuat oksigen lebih banyak jika
dibanding dengan aliran yang terlalu deras karena oksigen sangat diperlukan
mikroba untuk tumbuh berkembang
Penanggulangan Kekurangan Kadar COD
Senyawa organik
yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif nitrogen,
sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia
dalam limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa
organik akhirnya oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan
peningkatan COD, BOD, TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk.
Semakin tinggi konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik
tinggi tidak dapt terdegredasi secara biologis. EM4 pengobatan 10
hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan konsentrasi COD
3.
Analisis Permanganatometri KMnO4
Titrasi Redoks
KMnO4 – H2C2O4
Kalium permanganat
merupakan oksidator yang sering digunakan dalam analisa volumetri. Pereaksi ini
mudah diperoleh, tidak mahal dan tidak perlu menggunakan indikator. Akan tetapi
larutan permanganat tidak setabil karena mudah terurai. Penguraian kalium
permanganat dapat dipercepat oleh cahaya, energi panas, asam, basa, ion Mn2+
dan MnO2. Oleh karena itu senyawa tersebut tidak dapat digunakan sebagai
standar primer. Konsentrasi larutan KMnO4 dapat ditentukan dengan cara titrasi
redoks atau mereaksikan KMnO4 dengan
senyawa yang mudah dioksidasi misalnya asam oksalat H2C2O4. Reaksi yang terjadi
pada titrasi KMnO4 – H2C2O4 adalah sebagai berikut,
2MnO4 + 5H2C2O4
+ 6 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
C. ALAT & BAHAN
1. ALAT
1.1 Seperangkat
alat Spektrofotometer
1.2 Gelas piala 50
ml
1.3 Gelas ukur 25
ml
1.4 Labu ukur 10 ml
2. BAHAN
2.1 KMnO4
2.2 Aquades
2.3 Larutan cuplikan (sampel yang mengandung KMnO4)
2.4 H2SO4 3 M
2.5 H2C2O4
D. CARA KERJA
Cara Kerja
I. Titrasi Redoks
- Pipet 10 mL larutan oksalat standar
(konsentrasi 10-4 M) dan masukkan ke dalam labu titrasi 250 ml
- Tambahkan 4 ml H2C2O4
3 M
- Panaskan sampai 70 oC atau mendidih
- Segera lakukan titrasi dengan larutan KMnO4 hingga
terjadi perubahan warna (ulangi percobaan 3 kali).
- Reaksi
ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan
bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus
tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang
dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam
oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion
logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi
secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
- (1)
ion-ion Ca, Ba,
Sr, Pb, Zn,
dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4
berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat
inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya
ion logam yang bersangkutan.
- (2)
ion-ion Ba dan Pb
dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan
dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat
ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
- Sumber-sumber
kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret
yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir
titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa.
BAB IV
KESIMPULAN
Air adalah zat atau materi atau unsur
yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan
agar limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi
kimia. Limbah organik akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4)
sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2Oserta
sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh
bahan organik.
Kadar COD dalam limbah
berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat
dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat
direduksi dengan metode pengolahan yang konversional.
Biologycal
Oxygen Demand
(BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama
penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC.
Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis
memerlukan reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 95-99 %
sempurna dan dalam waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk mengukur BOD
yang kesempurnaan oksidasinya mencapai 60– 70 %. Suhu 20 oC yang
digunakan merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di daerah
iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil yang berbeda akan
diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung
dari suhu.
Kalium permanganat
merupakan oksidator yang sering digunakan dalam analisa volumetri. Pereaksi ini
mudah diperoleh, tidak mahal dan tidak perlu menggunakan indikator. Akan tetapi
larutan permanganat tidak setabil karena mudah terurai. Penguraian kalium
permanganat dapat dipercepat oleh cahaya, energi panas, asam, basa, ion Mn2+
dan MnO2. Oleh karena itu senyawa tersebut tidak dapat digunakan sebagai
standar primer. Konsentrasi larutan KMnO4 dapat ditentukan dengan cara titrasi
redoks atau mereaksikan KMnO4 dengan
senyawa yang mudah dioksidasi misalnya asam oksalat H2C2O4. Reaksi yang terjadi
pada titrasi KMnO4 – H2C2O4 adalah sebagai berikut,
2MnO4 + 5H2C2O4
+ 6 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar