Emosi adalah sebuah proses penilaian terhadap suatu situasi (Ekman, 2012: 37). Reaksi emosi bisa ditunjukkan dengan kata-kata (verbal) dan sikap atau bahasa tubuh (non verbal). Menurut KBBI, emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Bisa juga disebut keadaan fisiologis dan psikologis, seperti senang, sedih, dan takut. Emosi akan diikuti dengan memperhatikan sikap yang menyesuaikan keadaan psikologis. Misalnya, emosi bahagia saat kita lulus ujian akan ditunjukkan dengan senyum, bahkan tertawa riang.
A.
Wajah, Emosi, dan Perasaan
Dalam
psikologi dasar emosi, dikenal istilah facial-feedback
hypothsis. Istilah tersebut mengisyaratkan bahwa ekspresi wajah bisa
mencerminkan emosi yang sedang dialami oleh seseorang. Wajah dapat membantu
membentuk emosi.
Ada
juga istilah lain yakni facial-affect program.
Sejak lahir kita sudah “diprogram” untuk mengaktifkan otot-otot tertentu pada
wajah ketika mengalami emosi tertentu. Misalkan, emosi bahagia secara umum
diperlihatkan dengan gerakan zigomatik
mayor, yaitu otot yang menaikkan
sudut mulut sehingga kita tersenyum.
Jika
begitu, emosi berkaitan dengan perasaan. Seperti yang telah disebut pada pengantar
singkat sebelumnya, emosi adalah perasaan-perasaan yang setiap hari berlaku di
kehidupan. Emosi muncul dari unsur kognitif dan psikologis yang kemudian
mempengaruhi perilaku manusia.
B.
Perkembangan Teori Emosi
Dalam
psikologi.net yang menyinggung
mengenai ilmu psikologi dasar emosi disebutkan terdapat empat pandangan tentang
emosi diantaranya:
1. Teori
Schachter – Singer
Emosi
merupakan label terhadap perubahan fisiologis yang kita alami. Kondisi emosi
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Misalkan, jantung berdebar ketika
mencemaskan sesuatu hal.
2. Teori
Cannon – Bard
Perubahan
fisiologis merupakan akibat dari pengalaman emosi yang pernah dialami. Misalkan,
seseorang yang menangis mengingat bencana alam yang merenggut nyawa anggota
keluarganya.
3. Teori
James – Lange
Emosi
merupakan akibat dari perubahan fisiologis yang menghasilkan sensasi yang lebih
spesifik. Sensasi itu kemudian diwujudkan sebagai suatu emosi. Misalkan,
seseorang yang merasa bahagia hanya dengan bisa tertawa bersama keluarga yang
dia kasihi.
4. Perspektif
Kontemporer
Pola atau hubungan akan
reaksi biologis tertentu akan memunculkan emosi pada diri seseorang. Misalkan,
emosi tertentu akan mengakibatkan aktifnya bagian otak tertentu. Bahagia berhubungan
dengan turunnya aktivitas cerebral
korteks dan sedih berhubungan dengan peningkatan aktivitas korteks.
C.
Fungsi Emosi
Emosi
merupakan perpaduan unsur pengetahuan dan psikologis manusia sehingga
menimbulkan suatu sikap atau perilaku. Emosi bisa dirangsang dan diciptakan. Jika
begitu mengapa manusia memiliki emosi ?
1.
Mempersiapkan tindakan
Emosi
mampu bertindak sebagai penghubung antara peristiwa eksternal dengan respon
yang dibuat individu.
2.
Membentuk perilaku di masa mendatang
Melalui
emosi, manusia mampu belajar dari apa yang dialaminya. Sehingga membantu kita
memberikan sikap yang tepat terhadap sebuah kondisi.
3.
Membantu untuk beradaptasi di lingkungan sosial
Emosi
yang diperlihatkan melalui verbal maupun non verbal merupakan “sinyal” agar
individu mampu memahami individu lainnya. Meraka mampu untuk bersimpati dan berempati.
Sebab, melalui pemahaman yang baik akan meningkatkan interaksi sosial yang
efektif.
D.
Emosi Muncul Melalui Tahapan
Emosi
bisa muncul dalam berbagai situasi. Ketika menghadapi kegagalan misalnya, kita
akan merasakan kesedihan. Hal itu selaras dengan yang diungkapkan dalam tulisan
bertajuk The Expression of the Emotions
in Man and Animals, bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu
mengatasi masalah. Magda Anol (dalam
PsikologID, 2013: 115) menyebut jika emosi terbentuk melalui beberapa tahapan,
diantaranya:
1.
Persepsi (Perception)
Tahapan
permulaan ketika seseorang menerima informasi atau rangsangan eksternal. Misalkan,
ketika kita menonton film horror tengah malam.
2.
Penilaian (Assessment)
Tahapan
ini merupakan fase penilaian terhadap informasi atau rangsangan yang telah
dirasakan atau dilihat. Respon yang muncul adalah apakah informasi atau
rangsangan tadi menyenangkan, mengecam, atau menyedihkan. Misalkan, setelah
melihat beberapa adegan seram dalam film horror aka nada perasaan yang tidak
diharapkan seperti kaget.
3.
Emosi (Emotion)
Tahapan
emosi adalah perasaan yang timbul dari penilaian terhadap informasi atau
rangsangan yang dirasakan atau dilihat oleh seseorang. Jika penilaiannya
menyenangkan, maka yang muncul adalah emosi senang. Sebaliknya, jika yang
dinilai negatif, maka yang muncul adalah rasa takut atau kecewa.
4.
Ungkapan Tubuh (The Body Expression)
Tahapan
ini akan muncul seiring dengan emosi yang sudah ditunjukkan yang berawal dari
penilaian terhadap informasi atau rangsangan yang diterima seseorang. Misalkan,
ketika muncul rasa kaget tatkala menyaksikan film horor maka jantung akan
berdebar.
5.
Tindakan (Action)
Pada
tahapan ini akan muncul tingkah laku yang mengungkapkan emosi. Misalkan,
perasaan kaget sekaligus takut akan disertai dengan bahasa tubuh ketakutan. Misalkan,
mematikan televisi atau menutup muka untuk menghalangi mata menonton adegan
yang menyeramkan, bisa juga beteriak.
E.
Macam-macam Emosi
Sebenarnya
tidak terdapat kategorisasi umum untuk menyebut jenis-jenis emosi. Emosi mencakup
keseluruhan pengalaman yang dirasakan oleh individu dari beragam latar
belakang. Namun dari aktivitas keseharian, kita sering mengalami bahkan bertemu
dengan orang-orang yang mengalami beragam perasaan, seperti:
1.
Emosi Bahagia
Emosi
bahagia bisa muncul saat situasi-situasi seperti :
a. Tercapai
tujuan yang diingkan
b. Mendapat
keuntungan secara umum, missal memperoleh hadiah atau menjadi juara kelas
c. Persetujuan
sosial dari teman, orang tua, guru, dan orang yang dinilai penting dan dihargai
d. Mengingat
hal-hal familiar
e. Sukses
dalam aktivitas baru
f. Melihat
atau mendengar sesuatu yang baru dan menyenangkan
2.
Emosi Marah
Emosi
marah bisa muncul saat situasi-situasi seperti:
a. Dipaksa
untuk melakukan sesuatu
b. Merasa
hina atau terhina (baik secara psikologis maupun secara verbal)
c. Keterbatasan
dan frustrasi (secara fisik maupun psikologis)
d. Terancam,
merasa dalam situasi bahaya
e. Mengalami
suatu perlakuan yang tidak biasa
f. Terhambatnya
pemenuhan kebutuhan
3.
Emosi Jijik
Emosi
jijik bisa muncul saat situasi-situasi seperti :
a. Adanya
sensasi yang timbul karena rasa yang tidak enak, bau busuk, serta sesuatu yang
berminyak dan berlendir
b. Melihat
sesuatu atau seseorang yang kotor
c. Perilaku
yang sangat bertentangan dengan standar norma, agama, moral, dan kebiasaan
4.
Emosi Terkejut
Emosi
terkejut bisa muncul saat situasi-situasi seperti :
a. Kejadian
yang tidak diharapkan
b. Sensasi
yang luar biasa
5.
Emosi Takut
Emosi
takut bisa muncul saat situasi-situasi seperti :
a. Hidup
dalam bahaya, baik bahaya karena kejadian atau karena seseorang
b. Terancam
secara verbal maupun fisik seperti dihukum, dihina, dan dimarahi
c. Kehilangan
dukungan
d. Diasingkan
atau dijauhi teman
Sedangkan
menurut Goleman (2002), terdapat delapan macam emosi yang ditunjukkan dengan
pesan nonverbal yang beragam seperti :
·
Amarah : beringas, mengamuk, benci,
jengkel, dan kesal hati
·
Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihi diri, dan putus asa
·
Rasa takut : cemas, gugup, khawatir,
perasaan takut sekali, waspada, dan tidak tenang
·
Kenikmatan : bahagia, gembira, riang,
puas, senang, terhibur, dan bangga
·
Cinta : penerimaan, kepercayaan,
kebaikan, hormat, bakti, dan kemesraan
·
Terkejut : terkesiap dan terpana
·
Jengkel : hina, jijik, mual, muak, dan tidak
suka
·
Malu : malu hati dan kesal
F.
Kecerdasan Emosi
Tuhan
menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan. Manusia memiliki tiga potensi
yang tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia, yakni potensi cipta, rasa, dan
karsa. Potensi yang bersumber dari cipta adalah kecerdasan intelektual manusia
(intelectual quotient). Potensi yang
bersumber dari rasa adalah kecerdasan emosional (emotional quotient) dan spiritual (spiritual quotient). Sedangkan potensi yang bersumber dari karsa
adalah kemauan yang kuat untuk bertahan dan menjadi lebih baik (adversity quotient).
Goleman
(dalam Mochhamdan, 2005: 62) salah seorang pendiri pembelajaran collaborative di Universitas Illionis
Chicago, sejak tahun 1995 menaruh perhatian pada kajian kecerdasan emosi (EQ).
Menurut Goleman, kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri
sendiri dan orang lain. EQ sangat membantu untuk memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998) kecerdasan emosional
adalah kemampuan mengindra, memahami, dan efektivitas dalam menerapkan kekuatan
sumber energi, informasi, dan pengaruh.
Goleman
(2002) membagi kecerdasan emosional ke dalam lima komponen antara lain kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
1)
Kesadaran diri
Adalah
mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak
ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2)
Pengaturan diri
Adalah
menguasai emosi diri sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3)
Motivasi
Yaitu
menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang
menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
4)
Empati
Adalah
merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain,
menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri dengan berbagai
macam orang.
5)
Keterampilan Sosial
Adalah
dapat menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan
cermat membaca situasi serta jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan keterampilan-keterampilan untuk memengaruhi dan memimpin, juga
mampu menyelesaikan perselisihan hingga mampu bekerja dalam tim.
Setelah
mengetahui tentang emosi, bagaimanapun suasana hati akan mempengaruhi emosi
seseorang. Emosi bisa muncul kapan saja dalam berbagai kondisi. Ketika berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang lain, kita dituntut untuk “pandai” memanajemen
emosi diri, bagaimana caranya ?, yaitu :
ü Istirahat
yang cukup
ü Berupaya
tenang, tarik napas panjang ketika menemui permasalahan
ü Refresh
pikiran bersama orang terdekat
ü Hindari
berbicara dengan orang lain saat mood
sedang tidak baik
Sumber :
Ramdani, Zaka Putra. Gesture. Klaten: Jendela Penerbit, 2021.